Al-Kasyif merupakan salah satu karya al-Dzahabi. Beliau
merampungkan penyusunan kitab itu pada 27 Ramadlan 720 H. setelah selesai dalam
penyusunan kitab Tahdzib Tahdzib al-kamal yang dierjakaannya pada tahun 719 H.
dalam kurun 8 bulan. Sedang umur beliau ketika mengarang kitab ini ialah 47
tahun. Pada tahun yang sama, juga tercipta karangan kitab al-Mughni fi
al-Dlu’afa`.
Al-Kasyif merupakan kitab ke-4 dari cabang kitab awal, yakni al-Kamal
fi Asma`i al-Rijal (Imam al-hafizd Abdul Ghani al-Muqdisi, w. 600), Tahdzib
al-Kamal (Abi al-Hujaj al-Mizzi, w. 742), dan Tahdzib Tahdzib al-Kamal
(al-Dzahabi sendiri). Al-Kasyif itu sederajat dengan Khulashah
Tahdzib Tahdzib al-Kamal (al-Kharaji, w. 923) dan Taqrib al-Tahdzib
(Ibnu Hajar) yang merupakan ringkasan dari Tahdzib Tahdzib al-kamal,
namun al-Kasyif bukan ringkasan Tahdzib Tahdzib al-kamal,
melainkan masih ringkasan dari Tahdzib al-kamal.
Faedah dari kitab al-Kasyif
Al-Kasyif adalah kitab terlatih, pengajaran, kemudian kitab Jarh
wa Ta’dil
1.
Di dalamnya, biografi para rawi Kutub al-Sittah
disertai penyebutan guru dan muridnya. Memberi ringkasan penjelasan keadan
rawi, baik kritikan atau pujian. Kemudian membuat rumus sebagai penanda rawi
yang mengeluarkan riwayat dari Kutub al-Sittah.
2.
Selain menyebutkan kritikan dan pujian, al-Dzahabi dalam
al-Kasyif memberikan sanggahan diantara keduanya. Apabila seorang rawi dikritik,
terkadang beliau memberikan penilaian baik, dan sebaliknya.
Metode Penyusunan Al-Kasyif
Dalam mukadimah Muhammad ‘Awwamah pada kitab
al-Kasyif yang sudah di-tahqiq-nya, diceritakan bahwa metode al-Dzahabi dalam
penyusunan kitab tersebut dapat ditarik secara garis besar: Pertama, mengenai
rawi-rawi hadits yang dicantumkan dalam al-Kasyif. Kedua, mengenai
metode al-Dzahabi dalam menceritakan para rawi tersebut. Sebagai berikut:
1.
Rawi-rawi hadits yang dicantumkan dalam al-Kasyif
adalah:
1) Rawi-rawi dalam kutub al-Sittah yang
memiliki riwayat di dalamnya.
2) Menghapus penjelasan rawi yang mempunyai
riwayat dalam kitab-kitab lain, kecuali rawi-rawi yang dipegangi oleh al-Mizzi.
3) Menghapus penjelasan rawi yang diulang-ulang
dalam Tahdzib al-Kamal.
4) Menghapus penjelasan rawi yang disebutkan
dalam Tahdzib al-Kamal dengan berdasarkan pertimbangan yang ada.
2. Metode dalam mendeskripsikan para rawi.
Ada tujuh acuan yang di gunakan al-Dzahabi
untuk menjelaskan para rawi dalam al-Kasyif, yaitu:
1)
Menyebutkan nama rawi, nasab, dan nisbatnya.
2)
Menyebutkan nama sebagian guru-gurunya (dalam menyebutkan
guru-gurunya, menggunakan lafadz “عن”).
3) Menyebutkan nama sebagian murid-muridnya/yang
meriwayatkan darinya (dalam menyebutkan nama muridnya, lafadz yang di pakai
adalah "عنه" ).
4) Menyebutkan
data-data global yang terkait tentangnya.
5) Menyebutkan jarh dan ta’dil
6) Menyebutkan
tahun wafatnya
7) Menggunakan rumus dalam menyebut rawi-rawi.
Lafadz-lafadz Jarh dan Ta’dil
dalam al-Kasyif
Beliau, al-Dzahabi menggunakan lafadz-lafadz jarh
dan ta’dil sebagaimana berikut:
1. ثقة (orang yang tsiqah)
2. ثبت (orang yang kokoh ingatannya)
3. المتقن (orang yang teliti)
4. ثقة ولكنه ليس بحجة (terkadang dinilai tsiqah,
namun tidak dapat dijadikan hujjah)
5. متين (orang yang tsiqah dan hafal)
6. موثق (yang disetujui)
7. وثقه فلان (di-tsiqah-kan oleh
seseorang)
8. صدوق (oran yang jujur)
9. صدق
10. ضعف (orang yang lemah)
11. ليَن (orang yang lunak)
12. محله الصدق (orang yang dipandang jujur)
13. لابأس به, لاأعلم به بأسا, ليس به يأس, أرجو أنه لايأس به, ما أرى به بأسا,
ليس يحديثه بأس (tiada cacat padanya)
14. حديثه مقارب (orang yang haditse didekati)
15. صالح الحديث (orang yang shalih haditsnya)
16. صالح (orang yang baik)
17. مشهور (terkenal)
18. مشهور الحديث (populer haditsnya)
19. مستور ثقة (terhalangi ke-tsiqah-annya)
20. وقد يوثقون جماعة توثقا اجماليا مبهما (terkadang disepakati
secara ijmal bahwa rawi tsiqah)
21. فقيه البدن
22. مشاه فلان
23. مقبول (diterima haditsnya)
24. شيخ (seorang Syaikh)
25. لايعرف (tidak dietahui)
26. جهل
27. مجهول (orang yang tidak dikenal)
28. لا اعرف
29. ليس بشئ (bukan apa-apa)
30.
فيه نظر, في حديثه نظر, في اسناده نظر ()
Rumus yang digunakan dalam kitab al-Kasyif
Sebagai penandaan para rawi, al-Dzahabi telah
menuliskan rumus sebagai berikut:
Ø (خ) adalah rumus untuk Bukhari
Ø (م) rumus untuk Muslim
Ø (د) rumus untuk Abu Dawud
Ø (ت) rumus untuk Tirmidzi.
Ø (س) rumus untuk Nasa’i
Ø ق)) rumus untuk Ibnu Majah
Ø ((ع adalah rumus untuk rawi yang tercakup dalam Kutub
al-Sittah.
Ø (e) adalah rumus untuk rawi yang tercakup dalam sunan 4 (Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i, Abu
Dawud).
Al-Dzahabi menggunakan rumus dari kitab-ktab
lain, namun tidak menjadiannya syarat dalam kitabnya. Sebagian jarang
digunakan, sebagian banyak digunakan, namun disepakati hal itu tidak berlaku.
Berikut rumus tambahan yang jarang digunakan beliau
Ø
(مق) rumus untuk rawi yang meriwayatkan dari Muslim.
Ø (فق) rumus untuk rawi yang meriwayatkan dari Ibnu
Majah dalam kitab tafsirnya.
Ø (سي) rumus untuk rawi yang meriwayatkan dari al-Nasa’i dalam kitab (عمل يوم
وليلة).
Ø
(ص) rumus untuk rawi yang meriwayatkan dari al-Nasa’i dalam kitab (خصائص امير
المؤمنين علي بن ابي طالب رضي الله عنه).
Adapun rumus tambahan yang banyak dikenakan
beliau adalah rumus (خت) untuk rawi yang meriwayatkan dari Bukhari dalam ta’alluq
kitab shahihnya. Ada beberapa perbedaan rumus yang digunakan al-Dzahabi dengan
gurunya, al-Mizzi (dalam kitab Taqrib al-Tahdzib). Hanesy bin al-Mu’tamar
al-Kinani dimana al-Mizzi merumuskan dengan (د ت ص), al-Dzahabi menggantinya dengan (د ت س).
Ibrahim bin Abdullah bin abd al-Qari’ dengan (سي), oleh al-Dzahabi menggantinya dengan (س). Ibrahim
bin Bakr bin Abi Syaibah dengan rumus (م سي ق), diganti al-Dzahabi dengan (م س ق).
Namun biasanya al-Dzahabi mengikuti rumus yang dibuat oleh al-Mizzi.
Sistematika Penulisan
Al-Kasyif
terdiri dari 2 jilid . Sistematika yang di gunakan al-Dzahabi dalam menulis
Al-Kasyif ini, tidak jauh berbeda dari kitabnya yang sebelumnya yaitu dengan
alfabetis. dan huruf “alif” di mulai dengan Ahmad, selanjutnya kemudian urut
sesuai abjad sebagaimana biasa. Sedang untuk huruf “mim”, di mulai dengan nama
“Muhammad”, dan yang selanjutnya kemudian baru berdasarkan alfabetis seperti
lazimnya. Sedangkan penyebutan guru maupun muridnya sama dengan metode dalam
kitab Tadzhib al-Tahdzib yakni dengan urutan yang paling pertama hingga
yang terahir yang di jumpai oleh rawi.
Walaupun begitu
kitab al-Kasyif juga mengklasifikasikan pengelompokan rawi antara rawi
laki-laki dengan rawi perempuan, rawi biasa dengan rawi yang berdasakan al Kuna
{abna’, ansab dan mubham}.