Bab I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman dan tekhnologi, Ilmu pengetahuan
pun ikut mengalami dinamika perkembangan dan pergeseran. Pergeseran-pergeseran
ini memang sangat perlu dan mendesak karena metodologi lama sudah tidak terlalu
memadai untuk diterapkan pada masa yang telah berbeda dan berkembang.
Begitu pula kajian al-Quran dan tafsirnya. Terjadi perkembangan
yang sangat signifikan pada abad modern dengan dipimpin oleh M Abduh sebagai
penggagasnya. Berbagai bentuk tafsir pun mengalami pengembangan. Salah satu
perkembangan yang tampak adalah mulai adanya tafsir-tafsir bayani dan juga
tafsir ilmi. Metode penulisan juga tidak terpaku pada Tahlili saja,
tetap terdapat juga metode penulisan Maudhu’I atau tematik.
Sebagai contoh tafsir dengan metode maudhu’I ini adalah
sebuah tafsir dari abad ke 20 M adalah buku Al-Insan Fil Quran karya
Mahmud Abbas Al-Aqqad. Kitab ini berisi dua bab besar yang membahas mengenai
pandangan al-Quran mengenai mansusia, pandangan para tokoh mengenai manusia dan
kedudukan manusia itu sendiri di abad 20 yaitu abad Ideologi.
Sebagai sebuah karya tafsir tematik, tampaknya tafsir ini tidak
terlalu menarik perhatian mahasiswa tafsir-hadits UIN Sunan kalijaga dan
kebanyakan sarjana muslim. Pencarian singkat penulis mengenai review
terhadap buku ini hanya menghasilkan dua buah skripsi. Skripsi pertama adalah
karya sarjana fakultas dakwah dan skipsi lainnya adalah skirpsi sarjana
ushuluddin. Begitu pula hasil pencarian penulis dengan menggunakan internet,
sangat sedikit sekali review dan pembahasan mengenai buku yang kurang
lebih terdiri dari 168 halaman ini.
Penulis sendiri menganggap pembahasan mengenai buku ini merupakan
hal yang perlu dan mendesak, karena buku ini merupakan sebuah karya yang di
dalamnya terangkum dua buah kajian yang sangat menarik. Yaitu Quran sebagai
panutan umat islam dan teori-teori dan pandangan ilmiah mengenai manusia serta
‘diskusi’ antara keduanya. Dengan adanya pembahasan mengenai kitab tafsir ini,
penulis mengharapkan adanya sebuah kontribusi bagi perkembangan keilmuan
khususnya dalam sejarah dan dinamika perkembangan tafsir.
B.
Rumusan
Masalah
Dengan
memperhatikan latar belakang di atas, penulis memberikan rumusan masalah agar
pembahasan mengenai tafsir ini bisa tersistematis dengan baik:
1.
Siapakah Abbas
Mahmud Al-Aqqad dan bagaimana latar belakang pendidikannya?
2.
Apa itu tafsir
Al-Insan Fil Quran, bagaimana sistematika dan metode penulisannya dan
apa saja masalah-masalah yang bisa dibahas dalam kitab ini serta bagaimana
penyelesaiannya
C.
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah adanya kontribusi ilmiah bagi keilmuan khususnya
pada kajian tafsir quran dan bisa memahami secara betul siapa penulis kitab ini
dan bagaimana sistematika serta metode penulisannya.
Bab II
Pembahasan
A.
BIOGRAFI
Abbas Mahmud al-‘Aqqad lahir di
wilayah Aswan, Mesir pada tanggal 28 Juni 1889. Al-Aqqad
berasal dari keturunan yang taat beragama, kedua orang tuanya mempunyai
kebiasaan bangun pagi sebelum terbit fajar, menunaikan shalat subuh, dan tidak
beranjak dari tempat shalat sebelum membaca Al-Qur’an dan doa-doa penyejuk
hati. Di samping itu mereka mempunyai kegemaran membaca.
Terdorong oleh keinginan orang-tua agar al-Aqqad kecil kelak menjadi orang yang alim dalam bidang agama, ia disuruh belajar di madrasah untuk menekuni ilmu-ilmu agama. Bahkan oleh orang-tuanya al-Aqqad disuruh bergaul bukan hanya dengan anak-anak sebayanya melainkan juga dengan para orang tua sehingga ia terpaksa “dewasa” sebelum waktunya.
Terdorong oleh keinginan orang-tua agar al-Aqqad kecil kelak menjadi orang yang alim dalam bidang agama, ia disuruh belajar di madrasah untuk menekuni ilmu-ilmu agama. Bahkan oleh orang-tuanya al-Aqqad disuruh bergaul bukan hanya dengan anak-anak sebayanya melainkan juga dengan para orang tua sehingga ia terpaksa “dewasa” sebelum waktunya.
Sejak kecil telah terlihat bahwa al-Aqqad
mempunyai kecerdasan yang melebihi teman sebayanya. Di samping itu, ia gemar menulis dan gaya bahasanya sangat indah. Keindahan bahasa
al-Aqqad dipuji guru-gurunya, seperti Muhammad Abduh, Syaikh Fahruddin
Muhammad, Sa’ad Zaglul, dan Abdullah Nadim al-Aqqad. Sementara diluar sekolah
ia juga belajar kepada Qadhi Ahmad Jadami, seorang ahli fikih sahabat Jamaluddin al-Afgani.
Kariernya sebagai jurnalis dimulinya sejak ia
berumur 16 tahun. Pada mulanya ia ingin bekerja sebagai pegawai pemerintah,
namun peraturan yang ada mensyaratkan calon pegawai harus berumur 18 tahun
sehingga ia harus menunggu 2 tahun lagi. Pada masa menunggu inilah ia
menerbitkan majalah mingguan Raj’u Sada disamping sebagai penulis pada majalah
Al-Jaridah pimpinan Ahmad Luthfi Assayyid, az-Zahir pimpinan Abu Syadi,
al-Mu’ayyad dan al-Liwa’. Dalam bidang jurnalistik ini ia mendapat bimbingan
dari Muhammad Farid Wajdi, seorang ulama dan penulis terkemuka di Mesir.
Ketajaman tulisan-tulisanya ditopang oleh bacaanya yang amat luas. Memang ia
sangat gemar membaca, bahkan ia bekerja untuk dapat membeli buku. Salah satu
pengalaman yang tak terlupakan olehnya adalah ketika seorang pelancong muslim
Inggris, Majur Dicksun, menghadiahkan kepadanya dua buah buku Tarjamah
Al-Qur’an (Terjemahan Al-Qur’an) dan Revolusi Prancis karya Thomas Carlyle.
Al- Aqqad juga mempunyai andil besar dalam
membangkitkan kecerdasan generasi mesir melalui tulisan-tulisanya yang bercorak
politik pada surat-surat kabar, seperti al-Balag dan al-Jihad.
Sebagai sastrawan, sumbangan al-Aqqad terlihat
pada tulisanya, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Ia telah menulis puisi
sejak sebelum perang dunia I. Tulisan-tulisanya dalam bidang ini antara lain
Diwan asy-Syi’r (1916) yang dalam cetakan ketiganya telah mencapai empat jilid,
Wayu al-Arba’in, ‘Abir Sabil (buku-buku kumpulan syair). Ciri khas puisi dan
syair al-Aqqad adalah mengutamakan perasaan dan pikiran. Dia mampu menyajikan
kedua-duanya dalam suatu paduan yang sangat serasi.
Pada sisi lain dalam bidang ini al-Aqqad
mengetengahkan pendapat-pendapat yang brilian. Menurutnya, puisi yang hanya
memperhatikan bentuknya saja tidak akan berbobot dan puisi tidak cukup hanya
pada cerita atau syair qasasi (syair yang berisi cerita-cerita); keindahan
lingkungan Mesir bisa merupakan sumber imajinasi dan bahan gubahan. Dalam
bidang prosa ia menulis al-Fusul Muraja’at fi al-Adab wa al-Funun (Pasal-Pasal
suatu referensi bagi kesusastraan dan seni).
Biografi tokoh-tokoh Islam ditulisnya dengan
metode yang sangat menarik dan istimewa seperti, Abqariyah Muhammad (kecerdikan
Nabi Muhammad) dan Abqariyah Umar (kecerdikan Umar). Ada pula roman
yang ditulisnya dengan judul Sarah.
Sebagai kritikus al-Aqqad telah memberikan
kritik terhadap puisi dan prosa yang ada sambil mengemukakan pendapat untuk
memperbaruinya. Susunan bahasa puisi dan prosa yang penuh hiasan tak berisi
diarahkanya kepada susunan yang penuh arti dan padat isi. Dalam bidang
karya-karya umum ia berpendapat bahwa tulisan-tulisan terdahulu, baik ide
maupun kata-katanya, bukanlah tulisan yang benar tetapi hanya sebagai jiplakan.
Menurutnya seorang penulis hendaknya mempunyai ide dan metode tersendiri tanpa
mencontoh sedikitpun karya-karya sebelumnya. Oleh karena itu ia mengkritik
penulis-penulis seperti Ahmad Syauqi (Amir Syu’ara) dan Taha Husein yang
dianggapnya tidak sesuai dengan pola yang ia tawarkan.
Sebagai penulis sumbangan besar al-Aqqad bagi
keagamaan dan kemasyarakatan terlihat dari tulisan-tulisanya yang mencapai
empatpuluh judul dalam berbagai bidang, diantaranya adalah Diwan al-Aqqad (kumpulan
syair; 1928), Asytal Mujtama’at (Kegoncangan Masyarakat; 1963) Ibnu ar-Rumi
Hayatuhu Min Siji’nihi (Ibnu ar-Rumi dan kehidupanya; 1959), dan Abu Nausar
(Abu Nausar; 1959), Al-Qarn al-‘Isyrin Ma Kana wa ma Sayakun (Abad Dua Puluh,
Yang Sudah Dan Yang Akan Terjadi; 1959), Muhammad Abduh (1963), Mujma’ al-Ahya’
(Pertemuan Yang Hidup; 1919), Mutala’at fi al-Kutub wa al-Hayat (Kajian Tentang
Kitab dan Kehidupan; 1924), dan Muraja’at fi al-Adab wa al-Funun (Referensi
Untuk Sastra dan Seni; 1925). Dar al-Kitab al-Araby di Beirut telah menerbitkan
kumpulan karanganya dengan judul Mausu’ah ‘Abbas Mahmud al-‘Aqqad (Ensiklopedi
Abbas Mahmud al-Aqqad), lima jilid, terbitan pertama tahun 1970. dalam
karya-karyanya itulah al-Aqqad menyampaikan pendapat-pendapatnya tentang
berbagai segi kehidupan umat Islam sebagai obsesinya untuk membawa umat Islam
kepada kemajuan.
Pada sisi lain, al-Aqqad dapat dipandang
sebagai cendekiawan yang paling antusias dan
bersemangat untuk menggali konsep Al-Qur’an mengenai manusia dan bagaimana
manusia muslim itu menjadi pemimpin dimasa depan. Karyanya yang terpenting
dalam hal ini adalah Al-Qarn al-‘Isyrin Ma kana wa Ma Sayakun (1959), Falsafat
Al-Qur’aniyyat (Filsafat Al-Qur’an), dan Al-Insan fi Al-Qur’an (Manusia di
Dalam Al-Qur’an). Pendapat-pendapat yang menonjol dalam buku-buku tersebut antara lain: Hal terbaik
yang patut diminta dari sebuah kitab suci (dalam bidang ilmu) adalah doronganya
kepada manusia supaya berpikir. Al-Qur’an membuka jalan seluas-luasnya bagi
akal pikiran manusia untuk melakukan pembahasan dan penelitian guna
menyempurnakan kepribadianya.
Manusia Al-Qur’an menurutnya adalah manusia
abad Dua Puluh. Kedudukan Manusia abad dua puluh lebih serasi dan lebih kokoh
dari pada Abad sebelumnya.[1]
B.
SEPUTAR KITAB AL-INSAN
FI AL-QURAN
1.
Nama Kitab
Nama kitab ini adalah Al-Insan Fi Al-Quran karya Abbas Mahmud
Al-Aqqad yang diterbitkan sebagai terbitan ke empat pada Sebtember 2005
oleh penerbit Nahdhatu Mishr di Cairo, Mesir.
2.
Sejarah
penulisan Kitab
Mengenai sejarah penulisan kitab ini, kami belum menemukan secara
eksplisit alasan-alasan dan sejarah penulisan kitab ini. Hal ini disebabkan
sedikitnya buku-buku yang pernah membahas atau mereview kitab ini. Namun,
pembacaan singkat yang kami lakukan terhadap muqaddimah kitab ini menghasilkan
sedikit pemahaman kami mengenai latar belakang penulisan kitab ini.
Abbas Mahmud Al-Aqqad memulai pembahasannya dengan sebuah pemaparan
mengenai adanya pergeseran pertanyaan ontologis mengenai hakikat manusia pada
abad ke 20 dengan abad-abad sebelumnya. Jika pada abad sebelumnya dinyatakan
bahwa yang terpenting bagi manusia adalah pemahaman mengenai siapa dirinya?
Siapa namanya? Atau dalam sebuah kata nasihat: kenalilah dirimu? Arrif
Nafsaka!
Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat manusia pada abad ke 20,
menurut Abbas Mahmud, tidak lagi berkisar pada masalah itu saja, tetapi menjadi
semakin komplek. Pertanyaan yang mengemuka adalah:
a.
Bagaimanakah
kedudukan manusia di alam semesta ini?
b.
Bagaimana
kedudukan manusia diantara golongan sejenisnya dan golongan jenis lain?
c.
Bagaimanakah
kedudukan manusia di tengah masyarakat yang semuanya menyandang predikat
“Manusia (Insan)”?
Pertanyaan-pertanyaan
semacam ini menurut Abbas adalah pertanyaan yang mesti segera ditemukan
jawabannya karena akan berimplikasi pada eksistensi manusia. Berbagai teori
serta aliran (Madzhab) yang berkembang pada masanya (abad 20), yang
beliau sebut sebagai Abad Ideologi, beliau rasa tidak bisa memberikan jawaban
yang memuaskan. Beliau paparkan berbagai asumsi serta teori dari aliran-aliran
keilmuan seperti Materialisme (Al-Madiyah) Fasisme dan Rasionalisme (Al-‘Aqliyyah)
dan semuanya tidaklah bisa menjawab persoalan terkait masa lalu, masa yang akan
datang dan masa keabadian.
Abbas Mahmud al-‘Aqqad berkeyakinan
bahwa hanya Al-Aqidah Al-Diniyyah[2]
sajalah yang mampu menjawab problem-problem ini. yang beliau maksud dengan Al-Aqidah
Al-Diniyyah adalah Al-Quran itu sendiri. Sehingga pemahaman-pemahaman
terhadap al-Quranlah yang mampu menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Hal
inilah yang menjadikan belaiu ,menurut hemat penulis, berkeinginan menuliskan
buku ini yang didalamnya dipaparkan dalil-dalil al-Quran terkait masalah
manusia.[3]
3.
Sistematika
kitab
Kitab ini merupakan sebuah kitab tafsir Maudhu’i (tematik) yang
terdiri dari 163 halaman dan dibagi kedalam dua Kitab. Kitab yang
pertama berbicara mengenai Manusia (Insan) dalam al-Quran dan kemudian
dibahas dalam beberapa Bab. Pembahasan dalam kitab pertama ini mencakup
pembahasan-pembahasan mengenai manusia dan sifat-sifatnya serta hal-hal yang
terkait dengan manusia yang ada dalam al-Quran, pada bab ini dipaparkan dalil-dalil
al-Quran yang bersinggungan dengan berbagai pembahasan yang sedang dipaparkan.
Dan pada Kitab kedua, terdapat pembahasan mengenai manusia (Insan) dalam Madzhab keilmuan
dan pemikiran. Pada bab ini, dipaparkan diskusi-diskusi tentang manusia dalam
kaitannya dengan teori-teori ilmiah seperti teori evolusi Darwin atau
pandangan-pandangan tokoh tentang manusia serta dampak/implikasinya baik di
dunia barat dan timur, serta kesiapan manusia menyongsong keilmuan-keilmuan
lainnya.
Untuk lebih mempermudah pemahaman mengenai sistematika penulisan
kitab ini, berikut kami paparkan tabel mengenai daftar isi kitab
المخلوق
المسئول
الكائن
المكلف
روح
و جسد
النفس
الأمانة
التكليف
و الحرية
أسرة
واحدة
آدم
|
الكتاب
الآول في القرآن
|
عمر
الإنسان
الإنسان
و مذهب التطور
التطور
قبل مذهب التطور
أثر
مذهب النشوء في الغرب
مذهب
التطور في الشرق العربي
الدين
و مذهب الدارون
سلسلة
الخلق العظمى
الإنسان
في علم الحيوان و في علوم الأجناس البشرية
الإنسان
في علوم النفس و الأخلاق
مستقبل
الإنسان في علوم الأحياء
عود
على بدء
|
الكتاب
الثاني في مذهب العلم و الفكر
|
4.
Metodologi
penulisan
Tafsir al-Insan fi al-Qur’an menggunakan metodologi tafsir tematik
atau tafsir al-manhaj al-maudlu’iy sebagaimana yang telah digunakan oleh
para penafsir-penafsir sebelumnya. Metode tafsir tematik adalah metode
penafsiran al-Qur’an yang menyangkut tema tertentu.[4]
Metode tafsir ini mempunyai dua bentuk, yang pertama menyangkut satu surat
dalam al-Qur’an secara menyeluruh dan utuh, dengan menjelaskan tujuannya yang
bersifat umum, menjelaskan korelasi antara persoalan yang beragam dalam surat
tersebut sehingga dalam satu surat tersebut dengan berbagai masalahnya.
Kemudian yang kedua tafsir tematik bermula dengan mengumpulkan surat-surat dan
membahasnya dengan tema tertentu dari berbagai ayat dan surat.[5]
Pada tafsir ini al-Insan fi al-Qur’an, Abbas Mahmud Aqqad sepertinya
hanya mendeskripsikan suatu tema kemudian beliau mengaitkannya dengan ayat-ayat
dalam al-Qur’an dan tidak menjelasakan kata per kata dari ayat-ayat tersebut. Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa beliau adalah seorang kritikus, sastrawan, dan jurnalis
tidak mungkin beliau menjelaskan kata per kata dari al-Qur’an karna memang
bukan bidangnya. Sama halnya dengan tafsir ini, beliau hanya mengumpulkan
serangkaian pendapat dari kalangan ulama’, filosof, dan ahli di bidang “manusia”
dan menjelaskannya secara keseluruhan kemudian mengaitkan dengan ayat-ayat
al-Qur’an yang berhubungan dengan itu.[6]
5.
Contoh-contoh
1.
قصة ادم عليه السلام فى القران هي قصة الانسان
الأول...خلق من تراب و ارتقي بالخلق السوى الى منزلة العقل والاردة وتعلم من
الأسماء فضلا من العلم ميزه على خلائق الأرض, من ذى حياة وغير ذى حياة....وقضى له
أن يكسب فضله بجهده, وأن يكون جهده غلبة لارادته وانتصارا لعقله على جسده...و قصة
هذه النشأة الادمية يستوفيها القران في هذه الايات[7]
:
2.
وردت كلمة الأمانة والأمانات فى خمسة مواضع من القران الكريم, وكلها بالمعنى
الذي يفيد التبعة والعيد والمسئولية وخصصت هذا المعنى فى اية من سورة البقرة
بوديعة المال وما اليه. اذ قال تعالى فى سياق و ثائق الديون [10]:
ففي هذه الاية
خصصت الأمانة بما يؤتمن عليه المرء من الودائع والديون, ولكننا لا نخرج من الاية
بغير التذكير والمؤكد بمعنى الأمانة العامة, وهي الحق والفريضة و منها حق العلم
وفريضته, فلا يجوز لمن علم علما أن ينسى
حقه[12] : wur z>ù't ë=Ï?%x. br& |=çFõ3t $yJ2 çmyJ¯=tã ª!$#.
وكل ما ورد فى
غيرسياق الديون والودائع فالحكم فيه عام وان ورد على سبب خاص, لأن مناسبات النزول
لا تمنع سريان الحكم و التيليغ الى جميع المخاطين بايات الكتاب[13]
.
جاء في سورة
النساء :
*
BAB III
Simpulan
Ada beberapa hal yang bisa kami simpulkan dari pembahasan makalah ini,
diantaranya :
1.
Dia adalah
Abbas Mahmud al-Aqqad beliau lahir pada tanggal 28 Juni tahun 1889. Beliau
berasal dari keturunan yang taat dalam beragama dan mengharapkan al-Aqqad
menjadi seorang yang ahli dalam bidang agama. Al-Aqqad adalah seorang
Jurnalistik, bisa dilihat dari keaktifannya dalam menulis di majalah-majalah,
beliau juga seorang sastrawan banyak karangannya dalam bentuk prosa atau puisi.
2.
Sejarah
kepenulisan kitab al-Insan fi al-Qur’an diasumsikan berawal dari pergeseran pertanyaan antologi
pada abad ke 20 dengan abad-abad sebelumnya. Mengenai sistematika kitab ini,
kitab al-Insan fi al-Qur’an adalah kitab tafsir Maudhu’i terdiri dari
163 halaman dan dibagi dalam dua kitab. Kitab yang pertama memaparkan tentang
pembahasan manusia dan sifat-sifatnya serta hal-hal yang terkait dalam
al-Qur’an. Kitab yang kedua membahas tentang pembahasan manusia dalam madzhab
keilmuan.
3.
Metodologi
tafsir al-Insan fi al-Qur’an menggunakan tafsir tematik yaitu penafsiran
al-Qur’an yang menyangkut tema tertentu. Beliau mendeskripsikan terlebih dahulu
tentang temanya kemudian mengaitkannya dengan ayat-ayat al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Mahmud Al-‘Aqqad, Al-Insan Fi
Al-Quran, Cairo: Nahdhotu Mishr, 2005.
Abbas Mahmud al-Aqqad, Insan Qur’ani:
Abad moderen. Yogyakarta: Titian Ilahi Press,1995.
Achmad Atho’illah Fathoni, Leksikon
Sastrawan Arab Modern: Biografi dan Karyanya, Yogyakarta: Datamedia, 2007.
Usman, Ilmu Tafsir. Yogyakarta: teras,
2009.
[1] Achmad Atho’illah Fathoni, Leksikon Sastrawan Arab Modern: Biografi
dan Karyanya, (Yogyakarta: Datamedia, 2007), hlm. 1-2
[2] Abbas Mahmud Al-‘Aqqad, Al-Insan Fi Al-Quran, (Cairo: Nahdhotu
Mishr, 2005), hlm. 5
[3] Untuk pembahasan lebih jelas dan lengkap, silhakan lihat Tamhid
di kitab Al-Insan Fil Quran.
[8] QS. Al-Mu’minun, ayat 12
[9] QS. As-Sajadah, ayat 6-9
[11] QS. Al-Baqarah 282-283
Tidak ada komentar:
Posting Komentar