Ulumul Hadis adalah ilmu yang sangat penting untuk dipelajari, karena
keberadaan sunah atau hadis itu sendiri telah memberikan kontribusi yang besar
dalam memahami al-Qur’an. Pertama, hadis digunakan sebagai penjelas atas
ayat-ayat yang bersifat global. Kedua, petunjuk batasan-batasan hukum. Ketiga,
penafsir al-Qur’an. Keempat, petunjuk ke jalan yang lurus, yakni jalan Allah.
Adapun di antara cara
memahami sunah adalah mengetahui orang-orang yang meriwayatkan sunah tersebut
dari Nabi Muhammad saw. yaitu sahabat-sahabatnya.
Mereka adalah orang-orang yang menjaga sunah dan menyampaikannya kepada manusia
seluruhnya. Oleh karena itu, mereka dianggap ‘adil semuanya, sebagaimana firman
Allah:
Para sahabat mempunyai
keutamaan sendiri-sendiri dihadapan Allah, hal ini terbukti dengan adanya
predikat al-Sabiqun al-Awwalun yang disematkan oleh Allah untuk sahabat yang
menjalankan sholat dua qiblat, yaitu qiblat baitul maqdis dan baitul haram
(ka’bah). Ada riwayat lain yang mengatakan bahwa al-Sabiqun al-Awwalun adalah sahabat yang mengikuti bai’at
al-Ridlwan.
Sahabat yang mengikuti
perang badar telah dijamin oleh Allah bebas dari neraka, sedangkan jumlah dari
mereka adalah tiga ratus empat belas orang, delapan puluh tiga dari kaum
muhajirin, enam puluh satu dari suku Aus dan seratus tujuh puluh dari suku
Khazraj. Maka karena keutamaan-keutamaan inilah yang akhirnya Nabi Muhammad
saw. melarang siapa saja untuk mencela sahabat. Hadis Nabi :
لا تسبوا
أصحابي فلوأن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه
Artinya :
“Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku, seandainya kalian
menginfakkan emas sebesar uhud niscaya kalian tidak bisa membayar satu mud
salah satu dari mereka atau setengahnya”.
Dan karena keutamaan ini pula Nabi Muhammad menyatakan bahwa masa yang
terbaik adalah masaku, masa setelahnya dan masa setelahnya lagi. Satu masa
adalah seratus dua puluh tahun.
Menurut Abu Umar Yusuf
al-Qurthuby bahwa semua sahabat itu adil, maka wajib bagi kita untuk hanya
memfokuskan pada nama, membahas sejarah hidup dan perilakunya agar kita
mendapat petunjuk dari mereka. Adapun dalam menyusun sejarah hidup para
sahabat, beliau menggunakan metode mu’jam (alphabetis).
Dalam kitabnya ini pula
Abu Umar Yusuf memulai dengan memaparkan sejarah hidup Nabi Muhammad saw. Ahlu
ilmi sepakat tentang nasab Nabi Muhammad saw. yaitu Muhammad ibn Abdullah ibn
Abd al-Muthallib ibn Hasyim ibn Abd Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn
Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn Nadlr ibn Kinanah ibn
Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudzor ibn Nizar ibn Ma’ad ibn ‘Adnan.
Silsilah ini tidak diperselisihkan oleh Ulama, dalam hadis ahad Nabi Muhammad
saw. pernah menyatakan sendiri nasabnya sampai ‘Adnan. Ulama berselisih
pendapat tentang nasab Nabi Muhammad saw. dari ‘Adnan sampai Isma’il ibn
Ibrahim, dari Ibrahim sampai Sam ibn Nuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar