Selasa, 28 April 2015

Rangkuman Kitab al-Isti’ab fi Asma’ al-Ashhab



Ulumul Hadis adalah ilmu yang sangat penting untuk dipelajari, karena keberadaan sunah atau hadis itu sendiri telah memberikan kontribusi yang besar dalam memahami al-Qur’an. Pertama, hadis digunakan sebagai penjelas atas ayat-ayat yang bersifat global. Kedua, petunjuk batasan-batasan hukum. Ketiga, penafsir al-Qur’an. Keempat, petunjuk ke jalan yang lurus, yakni jalan Allah.
            Adapun di antara cara memahami sunah adalah mengetahui orang-orang yang meriwayatkan sunah tersebut dari Nabi Muhammad saw. yaitu  sahabat-sahabatnya. Mereka adalah orang-orang yang menjaga sunah dan menyampaikannya kepada manusia seluruhnya. Oleh karena itu, mereka dianggap ‘adil semuanya, sebagaimana firman Allah:
   
            Para sahabat mempunyai keutamaan sendiri-sendiri dihadapan Allah, hal ini terbukti dengan adanya predikat al-Sabiqun al-Awwalun yang disematkan oleh Allah untuk sahabat yang menjalankan sholat dua qiblat, yaitu qiblat baitul maqdis dan baitul haram (ka’bah). Ada riwayat lain yang mengatakan bahwa al-Sabiqun al-Awwalun  adalah sahabat yang mengikuti bai’at al-Ridlwan.
            Sahabat yang mengikuti perang badar telah dijamin oleh Allah bebas dari neraka, sedangkan jumlah dari mereka adalah tiga ratus empat belas orang, delapan puluh tiga dari kaum muhajirin, enam puluh satu dari suku Aus dan seratus tujuh puluh dari suku Khazraj. Maka karena keutamaan-keutamaan inilah yang akhirnya Nabi Muhammad saw. melarang siapa saja untuk mencela sahabat. Hadis Nabi :
لا تسبوا أصحابي فلوأن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه
Artinya :
“Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku, seandainya kalian menginfakkan emas sebesar uhud niscaya kalian tidak bisa membayar satu mud salah satu dari mereka atau setengahnya”.
Dan karena keutamaan ini pula Nabi Muhammad menyatakan bahwa masa yang terbaik adalah masaku, masa setelahnya dan masa setelahnya lagi. Satu masa adalah seratus dua puluh tahun.
            Menurut Abu Umar Yusuf al-Qurthuby bahwa semua sahabat itu adil, maka wajib bagi kita untuk hanya memfokuskan pada nama, membahas sejarah hidup dan perilakunya agar kita mendapat petunjuk dari mereka. Adapun dalam menyusun sejarah hidup para sahabat, beliau menggunakan metode mu’jam (alphabetis). 
            Dalam kitabnya ini pula Abu Umar Yusuf memulai dengan memaparkan sejarah hidup Nabi Muhammad saw. Ahlu ilmi sepakat tentang nasab Nabi Muhammad saw. yaitu Muhammad ibn Abdullah ibn Abd al-Muthallib ibn Hasyim ibn Abd Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn Nadlr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudzor ibn Nizar ibn Ma’ad ibn ‘Adnan. Silsilah ini tidak diperselisihkan oleh Ulama, dalam hadis ahad Nabi Muhammad saw. pernah menyatakan sendiri nasabnya sampai ‘Adnan. Ulama berselisih pendapat tentang nasab Nabi Muhammad saw. dari ‘Adnan sampai Isma’il ibn Ibrahim, dari Ibrahim sampai Sam ibn Nuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar